Mimi Rasinah Sang Maestro Tari Topeng
Gambar Oleh : Yoppy Pieten
Rasinah yang akrab dipanggil Mimi Rasinah lahir di Indramayu, 3 Februari 1930 – meninggal
di Indramayu, 7 Agustus 2010 pada umur 80
tahun, adalah seorang empu tari topeng Cirebon, satu-satunya yang tersisa
sejak wafatnya Sawitri, penari topeng
Cirebon asal Losari pada 1999.
Perjalanan hidup Mimi Rasinah yang tetap berpegang teguh
pada kebudayaan kuno tari topeng sampai akhir hayat menjadi inspirasi bagi
banyak pihak. Rhoda Grauer, menjadi sutradara atas film dokumenter yang
berdurasi 54 menit yang berjudul Rasinah: The Enchanted Mask .
Dari kecil Mimi sudah menggeluti tari topeng yang diajarkan ayahnya. Pada
umur 5 tahun ia sudah diajarkan menari oleh ayahnya yang berprofesi sebagai
dalang dan ibunya yang berprofesi sebagai dalang ronggeng. Menginjak Mimi
Rasinah berusia 7 tahun, ia mulai berkeliling untuk bebarangan atau
mengamen tari topeng. Ketika bangsa Jepangsampai ke
Indramayu, rombongan topeng ayahnya dituduh oleh Jepang sebagai mata-mata,
sehingga semua aksesori tari topeng dimusnahkan oleh bangsa Jepang hingga hanya
satu topeng saja. Pada agresi yang kedua dengan tuduhan yang sama, ayahnya
tewas ditembak oleh Belanda.
Sepeninggal ayahnya, rombongan tari topeng Rasinah
dipimpin suaminya, seorang dalang wayang. Sampai tragedi G 30 S, mereka
dilarang untuk manggung, karena tariannya yang membangkitkan membangkitkan
syahwat dan abangan. Tak cukup badai Gestapu, pada tahun 1970-an kelompok tari topeng Rasinah
semakin sepi tanggapan, pentastarling, dangdut,dan sandiwara yang menggantikannya. Suami Rasinah
akhirnya menjual seluruh topeng dan aksesoris tari sebagai modal mendirikan
grup sandiwara. Rasinah berhenti menari topeng selama 20 tahun lebih, hanya
menabuh gamelan saja untuk sandiwara.
Baru pada 1994, Endo Suanda dan seorang rekannya sesama
dosen di STSI Bandung, Toto Amsar Suanda,
"menemukan kembali" Rasinah. tarian topeng Kelana yang dipertunjukkan
Rasinah membuat keduanya terpesona. Aura magis yang ada, serta karakter yang
berubah-ubah sesuai dengan karakter 8 topeng yang
ada, dari mulai topeng panji sampai kelana, membuatnya terpesona. Seketika itu
juga semangat Rasinah untuk menari kembali bangkit, dan Rasinah mulai kembali
berpentas baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Keseriusan Mimi Rasinah dalam menggeluti kesenian ini
dibuktikan dengan mempertahankan tradisi tari ini, sehingga banyak yang
menyebutnya klasik. Mimi Rasinah juga aktif mengajarkan tari topeng ke
sekolah-sekolah yang ada di Indramayu
Pada tahun 2006, Rasinah jatuh pada saat mengambil air wudhu
setelah mengajar tari di sebuah sekolah di Indramayu. Dua pekan setelah dirawat
di RSHS, Mimi mengakhiri jalan tarinya. Ia mewariskan seluruh topeng dan
aksesorinya kepada Aerli Rasinah, sang cucu penerus, dalam sebuah upacara yang
mengharukan sekali. Pada 15 Maret Aerli harus bebarangan di tujuh
tempat dalam sehari sebagai syarat untuk meneruskan Mimi Rasinah. Sejak hari
itu, keberadaan sanggar pun berada di pundah mahasiswa STSI Bandung berusia 22
tahun ini.
Meski sebagian tubuhnya lumpuh akibat stroke, namun
semangat Rasinah untuk menari tetap ada, Rasinah berkata "Saya akan
berhenti menari kalau sudah mati". Hal ini dibuktikan pada tarian terakhirnya,
ia menari di Bentara Budaya Jakarta dalam acara pentas seni dan pameran
"Indramayu dari Dekat", setelah tarian itu dia dia jatuh sakit dan
dirawat di RSUD Indramayu. Pada tanggal 7 Agustus 2010 Mimi Rasinah akhirnya
meninggal dunia, namun aktivitas menari di sanggar tarinya masih tetap
berjalan.
Mimi Rasinah dikebumikan di desa Pekandangan, Indramayu, Indramayu pada
hari Minggu, 08/08/2010 sekitar pukul 9:00 WIB. Ratusan iring-iringan pelayat
mengantarkan kepergian sang maestro yang namanya telah mendunia karena tari
topengnya. Prosesi pemakaman maestro tari topeng Indramayu berlangsung secara
sederhana. Warga yang turut mengantar jasad sang maestro topeng gaya Indramayu
sampai diperistirahatannya yang terakhir. Namun hanya sejumlah seniman dan
pejabat setempat yang hadir untuk mengikuti prosesi pemakaman.
Sumber : Wikipedia
0 comments:
Post a Comment